Sunday 18 January 2015

Jawabannya adalah Udara



Saya masih ingat betul pada suatu siang di sela-sela kelas empat SD saat saya kebetulan duduk tepat di depan meja Ibu Kuswati itu, saya bertanya kepadanya suatu hal. Saya bertanya “mengapa orang tua menyayangi anaknya?” Ibu guru itu pun menjawab, “pertanyaan aneh. Ya, tentu sayang, kan anak itu dari darah sendiri”. Setelahnya, saya kurang paham akan kiasan itu dan larut pada pertanyaan sendiri. Mengapa orang tua sayang pada anaknya? Padahal bisa jadi anak tersebut nakal, merepotkan, dan menghabiskan uang. Mengapa tidak habiskan uang untuk diri sendiri saja, begitu pikir seorang saya yang masih kelas empat sekolah dasar. 

Beranjak dewasa, saya jadi mempertanyakan kembali jawaban ibu guru tersebut. Pertanyaan itu kembali muncul setelah saya bertemu seorang ayah baru yang menjadi teman hidup ibu saya. Apakah bisa ada rasa sayang seorang orang tua kepada anak tanpa ada aliran darah yang sama. Tanda tanya. 

Pada awalnya, seperti kebanyakan anak lain. Saya pun merasa asing. Betapa canggung dan gugupnya saya pada awalnya untuk bertemu dengannya setiap hari dalam rumah kami. Namun, hari, bulan, dan tahun-tahun berganti membuat saya lunak hingga akhirnya di suatu sore memanggil beliau dengan kata “Ayah”.

Semakin waktu, saya semakin dekat dengan ayah saya itu. Beliau adalah orang yang penuh ayom. Beliau adalah orang yang selalu ada saat ibu atau saya membutuhkan sesuatu. Entah bagaimana juga nasib kehidupan saya tanpa ada beliau. Benar-benar, lelaki satu itu adalah salah satu anugerah terbaik yang diberikan Tuhan pada saya dan ibu saya. Kalau saja dibolehkan Tuhan, sungguh ingin saya samakan beliau dengan malaikat pelindung.

Begitu banyak hal baik yang bisa saya pelajari dari beliau. Jika oleh teman-teman kuliah dan kerja saya dikenal sebagai orang yang sabar, sungguh kesabaran saya tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan beliau. Betapa bersyukurnya saya diberikan panutan berupa Ayah-Ayah yang luar biasa. Kesabarannya terlihat dari caranya bertindak dan berbicara. Selain itu, kesabarannya juga terlihat saat ia meladeni emosi ibu dan saat merawat sakit ibu yang biasanya tidak pernah sebentar. Saya banyak sekali belajar darinya.

Satu hal lain yang hingga saat ini masih saya pelajari dari beliau adalah keikhlasan. Terkadang pada hal-hal yang menimpa saya pada hidup ini, saya menerima tapi masih dibayangi oleh rasa-rasa tidak ikhlas. Dari beliau lah, saya belajar arti dari keikhlasan. Keikhlasan beliau saat melihat saya gagal, keikhlasan beliau saat merawat ibu sakit, keikhlasan beliau saat dirinya sakit, dan banyak sekali pola-pola keikhlasan yang beliau miliki.

Ayah saya satu itu adalah salah satu manusia yang saya tahu jarang sekali mengeluh. Entah mulai dari masalah kecil hingga besar, beliau memiliki pola pikir yang menenangkan dan bisa diandalkan. Itu adalah salah satu kualitas manusia yang hingga saat ini masih saya pelajari dari beliau.

Berbicara kembali mengenai jawaban guru kelas empat sekolah dasar saya, saya ingin menambahkan jawaban beliau. Seorang orang tua tidak hanya bisa menyayangi anaknya karena anaknya berasal dari darahnya. Ada hal lain yang juga bisa menghasilkan kasih sayang yang sama besarnya selain darah.

Hal tersebut adalah udara.

Bila saya uraikan kembali, hubungan antara Ayah saya yang satu ini dengan saya bukan dibentuk oleh darah, tapi oleh unsur kehidupan lain yang penting yakni udara. Tautan kami bermula dari udara-udara yang kami lepaskan dan hirup satu sama lain di penjuru rumah kami. Selama bertahun-tahun dalam rumah kami, udara di rumah diisi oleh kasih sayang beliau kepada saya dan ibu. Dan selama tahun-tahun itulah, paru-paru saya dihidupkan jiwanya oleh beliau.

Udaralah yang mempersatukan kami sebagai Ayah dan anak. Beliaulah yang menghidupi kami dalam setiap detiknya. Aku membutuhkannya seperti aku membutuhkan udara. Dan pada akhirnya, silahkan kalian jawab sendiri, bagaimana rasanya hidup tanpa udara.

Tuhan, terima kasih atas Ayah(s) dan Ibu yang kau anugerahkan kepadaku di dunia ini. Sungguh, merekalah salah satu karunia terbesar yang menjadi alasan untuk aku hidup di dunia ini. Semoga Engkau memberikan banyak waktu agar masih banyak kebahagiaan yang bisa aku berikan kepada mereka.

No comments:

Post a Comment

Hasil yang Merelakan Usaha.

Jadi dokter itu berusaha. Berusaha berpikir harus melakukan apa biar pasien sembuh, harus belajar agar tidak ada hal penting yang terlupakan...