Monday 23 July 2018

Karena kamu bukan robot.




Apa yang membedakan manusia dari hewan?
Manusia punya akal dan nurani. Namun, bila manusia hanya mengandalkan akal tanpa nurani ikut campur tangan, maka keputusan manusia akan serupa robot. 


Banyak peraturan diciptakan oleh manusia. Terkadang manusia amat memuja hitam diatas putih, padahal dunia dan isinya penuh dengan warna. Satu hal bisa punya beragam interpretasi dan makna.

Ingat tentang kasus seorang nenek kelaparan yang mencuri satu singkong untuk cucunya di kebun suatu tuan sehingga harus dipenjara? Ingat pula kah tentang kasus-kasus pasien di era lalu dimana beragam rumah sakit harus menolak pasien karena administrasi yang tidak tepat? Ingat kah tentang seorang paskibraka yang berbulan-bulan menyiapkan diri dan berlatih tiap terik tetapi hampir tidak boleh jadi paskibraka karena ia tak punya surat-surat yang menyatakan ia WNI?

Secara hitam dan putih, orang-orang itu salah. Secara tertulis dan peraturan, mereka harus dihukum. Namun, untungnya ada kasus dimana nurani masih punya gaungnya untuk menyelamatkan mereka. 

Apakah hakim yang punya nurani jadi bersalah karena ia menyalahi peraturan?
Secara hitam dan putih, jelas ia menyalahi peraturan. Namun, lagi-lagi, hukum itu buatan manusia. Tidak ada kebenaran absolut tentangnya. Hukum senantiasa berubah, tetapi nurani bersifat kekal. Walau seringkali, ia tertutup.

Adakalanya, manusia harus menggunakan akal dengan dipadu nurani lebih baik. Untuk melihat dunia lebih dari sekedar hitam dan putih. Untuk mengaturulang kedua mata bahwa dunia ini sejujurnya penuh warna. Dan untuk menilik kembali bahwa tak semua kesalahan itu butuh hukuman. Dan karena tak semua hukuman menyelesaikan masalah.

Diceritakan kembali dari catatan kuliah Bumi pada suatu kelas filsafat di sore hari.

Don't worry.


It was a rough week so far. Yesterday, I was urgently needed some shots of coffee and a laid back conversation to overcome my stress. I met a friend of mine from my undergrad university in a cafe near my campus named Leiden. 

It was a good sunny afternoon and we both ordered a cup of iced coffee. We talked about two hours and I told him about some of my obstacles. Then, my friend told me some thing that I almost forgot about the past life of my university life.

My friend said: "Don't worry, you will be okay lah and you will just go through this phase. Your life is a bit miserable, but somehow I always see it interesting". My friend then continue:
"Bro, you were the frickin' only person who did not have a single laptop nor computer during our undergraduate university life! You were the only person that will submit several tasks by handwriting it down in papers while everyone who was sane and normal will of course type and print it. And you were frickin survive! So just keep going your peculiar way and beat again your obstacles. I don't know. I just have the gut that you will always find your way"
His words pushed me back to a decade ago - to some moments that I accidentally forget (or maybe my brain tried to suppress the bad experience of my life). I remember how freak I was during my university life. I did not have any computer so I did write my tasks handwritten and use computer in my campus lab or warnet because my family cannot afford one. 

At that time, I was not ashamed at all. Besides, it was the only way I know. It got me thinking how suffer I was but no sadness was left at this moment. Nowadays, It was a joke I will be laughing at. 

Saturday 21 July 2018

Beginning of Seasons by Kevin Aditya



Above is a single blog post by Kevin Aditya circa 2012 and I really like until now. I was reading it around new year but I still can relate to the words until recently. It's like a prayers; It's like a words that give positivity in the air.

Hasil yang Merelakan Usaha.

Jadi dokter itu berusaha. Berusaha berpikir harus melakukan apa biar pasien sembuh, harus belajar agar tidak ada hal penting yang terlupakan...