Sunday 8 May 2011

not-so-important post

Beberapa minggu belakangan ini, gue lebih banyak diam. Diam. Diam. Diam. Kadang gue bercanda dan ngobrol juga sih. Tapi akhirnya gue seringkali kembali diam. Diam. Sekali lagi, diam.

Yeah, suasana hati gue lagi agak kurang enak, mungkin itu yang membuat gue jadi lebih diam di minggu-minggu belakangan ini. Menjadi d-i-a-m itu salah satu mekanisme pelarian gue (untungnya engga seperti beberapa orang lain yang gue kenal yang menjadikan marah-marah dengan orang lain sebagai mekanisme pelariannya, ya, untungnya gue sepertinya ga pernah marah-marah sama orang karena gue lagi bad mood).

Gue jadi kurang semangat untuk mengobrol dengan teman kelompok ko-ass. Untuk sekedar bertanya-tanya. Apalagi untuk diskusi saat kegiatan ilmiah. Gue jadi lebih sering melamun, menulis, membaca, atau mendengarkan musik aja.

Untungya lah, kadang beberapa teman dekat gue di Jakarta menghilangkan sindrom this-city-blues. Lewat sms aja sih, setidaknya gue masih merasa punya orang-orang yang menanti gue pulang ke rumah. Terima kasih ya :)

Sisanya, yeah..sepertinya gue lagi pengen diam lagi nih.
Tik - tok - tik - tok -tik - tok.

Hasil yang Merelakan Usaha.

Jadi dokter itu berusaha. Berusaha berpikir harus melakukan apa biar pasien sembuh, harus belajar agar tidak ada hal penting yang terlupakan...