Kuat. Mungkin kata itulah yang saya gunakan bila saya ditanyakan seperti apa keluarga saya. Dalam hal ini, saya ingin bercerita sedikit mengenai beberapa manusia dalam keluarga Ayah saya.
Dalam
masa saya kuliah dulu, rasanya berat sekali untuk meminta uang kepada orang tua
saya. Oleh karenanya sebisa mungkin saya mencari akal untuk mencari pundi-pundi
pendapatan lain. Seiring dengan niat baik tersebut, Tuhan membuka jalan.
Tiba-tiba saya sering sekali kedapatan kerjaan untuk menerjemahkan
jurnal-jurnal residen, membantu penyusunan tesis residen, menjadi penyiar
berita di tv lokal, dan ikut lomba-lomba yang beberapa saya menangkan. Tuhan
buka jalan.
Ternyata
hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh saya, tapi juga oleh dua orang saudara
saya yang terdekat yakni Aprita Anggraini dan Hendy Putranto. Saat menjalani
kuliah kemarin, Aprita juga bekerja di salah satu perusahaan di Wisma Mandiri.
Ia membagi pikiran antara skripsi dan pekerjaannya. Setiap hari saya yang
berangkat pukul 05.30 merasa itu terlalu pagi, tapi ternyata Aprita berangkat
pukul 05.00 dan pulang lebih larut dari saya. Pada akhirnya ia telah
menyelesaikan kuliahnya dan masih tetap bekerja seperti biasa untuk dirinya
sendiri dan terutama untuk keluarganya. Tuhan buka jalan.
Selain
itu, Hendy Putranto yang sedang menjalani tahun pertama kuliahnya justru lebih
kuat lagi. Sejak tahun pertama kuliahnya, ia bekerja di kampusnya sendiri.
Pekerjaannya di kampus membuatnya berangkat lebih pagi dan pulang lebih petang.
Gaji yang didapat tentu tak banyak, tapi sungguh berarti untuk bisa melanjutkan
kehidupan dan pendidikan di masa sekritis ini. Seperti diketahui, mahasiswa
sekarang adalah perpaduan antara serius belajar (kalau serius) dan
memaksimalkan hiburan harian. Dan satu hal yang terkadang membuat saya sedih
adalah ia jarang sekali bersenang-senang.
Barusan
malam, saya membeli obat untuk ibu mereka yang sedang sakit. Setelahnya saya
sisihkan sedikit uang untuk Hendy, dan betapa ia sungguh berterima kasih sambil
berkata kebetulan ia sedang tidak memiliki uang lagi. Saya jadi teringat
masa-masa saya saat kuliah dulu.
Ohya,
dahulu saya juga ingat saat saya sedang terburu-buru karena memiliki jam siaran
langsung di sore hari, saya melewati seorang sales di bagian elektronik di mall itu. Entah saya merasa pernah
melihat orang tersebut dan ia pun demikian sehingga akhirnya kami bertukar
senyum. Esok paginya saat kuliah, baru saya sadari ternyata ia adalah adik
kelas saya. Ternyata kedua orang tuanya hanya petani sehingga ia butuh bekerja
untuk menyambung kehidupannya. Belakangan saya ketahui ternyata ia salah satu
mahasiswi cumlaude saat lulus.
Sungguh membanggakan.
Ah,
memikirkan lebih dalam mengenai hal-hal tadi, saya kadang merasa bersalah
sendiri karena saya terlalu sering menonton bioskop, makan enak di restoran,
atau sempat juga kadang pelesir sejenak. Mungkin seharusnya saya lebih banyak
membahagiakan keluarga dan membantu orang-orang lain yang kekurangan daripada
sekedar menghabiskan uang demi makanan enak semata.
Hehehe.
Mungkin ada yang menganggap hal ini berlebihan. Namun, sungguh, untuk saya
sendiri mereka adalah salah satu pelajaran berharga yang memberi saya semangat
sehari-hari.
Tuhan
buka jalan.
Dan
kita juga bisa membuka jalan untuk orang lain.
Kalau
saja mau.
No comments:
Post a Comment