Apa yang membedakan manusia dari hewan?
Manusia punya akal dan nurani. Namun, bila manusia hanya mengandalkan akal tanpa nurani ikut campur tangan, maka keputusan manusia akan serupa robot.
Banyak peraturan diciptakan oleh manusia. Terkadang manusia amat memuja hitam diatas putih, padahal dunia dan isinya penuh dengan warna. Satu hal bisa punya beragam interpretasi dan makna.
Ingat tentang kasus seorang nenek kelaparan yang mencuri satu singkong untuk cucunya di kebun suatu tuan sehingga harus dipenjara? Ingat pula kah tentang kasus-kasus pasien di era lalu dimana beragam rumah sakit harus menolak pasien karena administrasi yang tidak tepat? Ingat kah tentang seorang paskibraka yang berbulan-bulan menyiapkan diri dan berlatih tiap terik tetapi hampir tidak boleh jadi paskibraka karena ia tak punya surat-surat yang menyatakan ia WNI?
Secara hitam dan putih, orang-orang itu salah. Secara tertulis dan peraturan, mereka harus dihukum. Namun, untungnya ada kasus dimana nurani masih punya gaungnya untuk menyelamatkan mereka.
Apakah hakim yang punya nurani jadi bersalah karena ia menyalahi peraturan?
Secara hitam dan putih, jelas ia menyalahi peraturan. Namun, lagi-lagi, hukum itu buatan manusia. Tidak ada kebenaran absolut tentangnya. Hukum senantiasa berubah, tetapi nurani bersifat kekal. Walau seringkali, ia tertutup.
Adakalanya, manusia harus menggunakan akal dengan dipadu nurani lebih baik. Untuk melihat dunia lebih dari sekedar hitam dan putih. Untuk mengaturulang kedua mata bahwa dunia ini sejujurnya penuh warna. Dan untuk menilik kembali bahwa tak semua kesalahan itu butuh hukuman. Dan karena tak semua hukuman menyelesaikan masalah.
Diceritakan kembali dari catatan kuliah Bumi pada suatu kelas filsafat di sore hari.