Sunday, 29 March 2015

Life Lesson 101: Darma Putra

Jadi, setelah sekian lama tak bertemu, akhirnya saya bertemu dengan kakak/senior/teman saya Darma Putra. Kak Darma ini residen anestesi saat saya koas dulu. Saya juga sering bergabung dengan tugas-tugas anestesi yang diberikannya dulu. Beliau adalah orang yang sangat banyak pengalamannya. Mulai dari bekerja di NGO internasional sampai menjadi dokter PTT di suatu wilayah terpencil di Kalimantan. Ceritanya banyak sekali, sampai-sampai dulu kami, para koas, selalu antusias mendengar cerita-cerita barunya. Nah, ceritanya penuh pesan yang bisa dipelajari. Mungkin lain kali akan saya ceritakan. 

Kali ini, saya hanya akan bercerita beberapa pesan yang ia ceritakan saat dua jam terakhir kami bertemu. 

1. Bahwa rezeki bisa datang dari mana saja
Dahulu, ia ditempatkan PTT di suatu tempat terpencil di Kalimantan. Tanpa listrik, tanpa lampu. Namun, beberapa bulan kemudian, ada proyek baru yang membuka jalan raya ke Malaysia. Dan jalan tersebut melintasi daerah tempatnya bekerja. Jadilah tempatnya pada akhirnya ramai dibayar dengan ringgit maupun rupiah. Nah, sekarang Kak Darma tidak pernah menyangka ia bisa bekerja di RS Pondok Indah seperti sekarang ini. Namun, begitulah kehendak-Nya, jadilah ia berpenghasilan 50-70 juta perbulannya.

2. Ada berkah yang harus kita cari dalam pekerjaan
Kak Darma itu kerjanya di dua tempat. Satu di RSPI dan satu lagi di RS Leuwiliang, Kabupaten Bogor, dimana gajinya jauh sekali dari gaji satunya. Namun, ia tetap bertahan menyetir berjam-jam kesana karena ia bahagia kerja disana. Disana ia dibutuhkan orang dan bisa banyak membantu pasien-pasien. Jika di RSPI ia dapat gaji besar, di RS Leuwiliang, ia dapat berkah dan kepuasan yang besar.

3. Naiki Kendaraan umum
Walau sudah punya mobil sendiri, ia masih sering menaiki kendaraan umum. Kenapa? Karena ia ingin melihat banyaknya orang-orang yang berjuang setiap harinya demi kehidupan yang lebih baik. Hal ini membuat dirinya bersyukur.
4. Walaupun kita butuh uang, uang bukan segalanya kebahagiaan
Jadi, ada relativitas dalam uang. Contohnya begini, saat ia dulu PPDS, mendapatkan job menggantikan konsultan kuliah dan dibayar seratus ribu saja membuat perasaaannya senang. Sekarang, bila ia mendapatkan gaji 30 juta atau dibawah yang biasa ia dapatkan, ada perasaan kurang puas. Jadi, kebahagiaan dari uang itu bersifat relatif.

5. Belilah apa yang kamu perlukan, bukan apa yang kamu inginkan
Ini penting sih, terutama untuk saya agar tidak boros dalam menghabiskan uang . Jadi, ia suka menabung dan menahan diri untuk menghabiskan uang demi kesenangan semata. Tidak perlu sampai gaya melarat, tapi jangan foya-foya.

6. Ada waktu diatas dan dibawah
Ada waktu diatas dan dibawah, semua orang sudah tahu itu. Namun, pesannya adalah persiapkanlah waktu dibawah saat kita berada diatas. Contohnya dengan menabung saat kita berlebih, atau berjuang saat kita sehat, atau belajar banyak saat sedang mood, agar saat kita sedang sulit, lelah, dan dibawah, kita masih punya tabungan. 

Dari hangout kemarin juga, saya baru tahu bahwa ia suka baca fiksi. Dulu, saya tahunya ia hanya suka belajar textbook. Ternyata ia suka roman seperti Pram bahkan Ayu Utami seperti saya. Selain itu, ia suka sejarah, filsafat, dan politik. Mirip seperti saya, kecuali bagian politik.

Jangan pernah sepelekan kekuatan kata-kata, karena bisa saja kata-kata itu merubah hidup seseorang. Nah, bisa dibilang bahwa Kak Darma ini salah satu orang yang mengubah hidup dan pola pikir saya melalui kata-katanya. Selalu ada pemahaman baru setiap kali saya habis bertemu dengannya. Berbagi kemiripan nama dengannya, Damar Putra dan Darma Putra, he's such a big brother to me. Thank you.

Haji Backpacker

"Setelah melewati cobaan itulah, manusia akan ditingkatkan kadar keimanannya. Setelah mampu melewati semuanya dengan iman itulah, ia memperoleh kebahagiaan sejati"

Haji Backpacker

Monday, 9 March 2015

The Day Before Tomorrow

Dear Nervous,

Today is the day before tomorrow, an important day for me. It is the announcement of my scholarship. Well, I am writing this just because I want to make sure that the future of myself knows that at least I have tried to pursue that goal. And I am not only trying this once, but two. This is my second attempt where I failed at my first. Well, this is a lifechanging decision for me. If I passed, I will pursue my education in Pediatrics, but If I am not, I will strive for another fields and another funds. 

Well, to receive a scholarship has been one of my lifetime goal. I am dying (and living) for it. I was drown in an immense sadness when I failed at first, but again, I learn the art of humility and ikhlas. I learn to be humble and not narcissistically boosting about things that I get. 

"The life is nothing but a school: A school of life. Where things are real and we act like both teacher and student on the same time"

And tomorrow is the day of both lesson and exam. If I failed again, I learn to accept it wholeheartedly and to figure out what are the next things that I should strive for, to figure out what lies beneath my failure. Is there a bigger plan beneath? A better one? Is this simply God's way to show me that there is a better way. 

On the other hand, If I passed, I will learn to be humble and not boosting about this so much because I've been in the group of people that they previously reject. 

Both of them are good ways. I must learn from both things that will happen tomorrow. Life is nothing but a school of life. And I am ready to embrace it wholeheartedly. 

Hasil yang Merelakan Usaha.

Jadi dokter itu berusaha. Berusaha berpikir harus melakukan apa biar pasien sembuh, harus belajar agar tidak ada hal penting yang terlupakan...