Sunday, 19 August 2012

The Journeys: Kisah Perjalanan Para Pencerita

"It's better to travel well than to arrive", Buddha

Buku ini menceritakan kisah-kisah perjalanan para penulis dengan isi yang sangat beragam. Pencerita pada buku ini beragam mulai dari travel writer, penulis komedi, penulis skenario, novelis, dan sebagainya. Kisah yang diceritakan pada buku ini juga beragam dengan gaya bahasa dan sudut pandang tiap cerita yang berbeda satu sama lain.

Sekali lagi gue tegaskan, buku ini beragam banget. Buku ini berisikan 12 cerita perjalanan. Beberapa perjalanan merupakan perjalanan resmi dengan kebanyakan cerita lain dengan niat murni travelling. Beberapa ditulis dengan gaya bahasa sopan nan indah, sedangkan beberapa cerita ditulis dengan kocak. Tempat yang diceritakan juga ada yang di dalam negeri, ada juga yang nun jauh di Afrika sana.

Beberapa contoh cerita dalam buku ini antara lain anugerah alam yang ajaib di Karimun Jawa, ketenangan desa di Shuili, sisi lain Singapura yang memang mengesankan, kedamaian dan manisnya Swiss, dan lain-lain. Semua cerita mendeskripsikan bagaimana tempat tersebut sebagaimana buku mengenai travelling bercerita, tetapi di buku ini, banyak hal-hal lain yang para penulis ceritakan di luar konteks sebatas melihat-lihat.

Tiap cerita dalam buku ini memberi inspirasi. Seperti kata buku ini, "Perjalanan adalah sebuah proses menemukan". Dari hal yang paling kecil hingga yang paling besar, mereka bercerita hal yang mereka temukan di dalam diri mereka sendiri maupun di luar diri mereka. Pokoknya, banyak pelajaran manis dari buku ini. 

Kalau favorit gue, cerita dari Windy Ariestanty yang berjudul Lucerne: A Morning Kiss Bye from A Stranger. Disitu dia cerita banyak sudut manis orang Swiss, yang banyak memberi kita pelajaran.

Rating: 3.8/5


Saturday, 18 August 2012

Selamat Idul Fitri. Minal Aidin wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Semoga kehidupan kita dipenuhi berkah dan kebahagiaan. Aamin.

Idul Fitri kali ini gue habiskan di Lubuk Linggau aja, tempat gue internship saat ini. Alasannya? Karena tiket mahal sehingga uangnya buat nanti liburan aja dan juga karena suka males kalau pulang tapi waktunya cuman sebentar.

Sholat Ied kali ini cukup berkesan, ceramahnya bagus, sama seperti ceramah-ceramah yang selalu dikasih di tarawih di Masjid Agung Lubuk Linggau ini. Beneran deh, ceramah-ceramah di Masjid Agung sini bagus-bagus, gue sampe tiap malam kalau tarawih selalu nunggu ceramahnya. 

Ceramah kali ini sih cerita mengenai makna lebaran. Bapak penceramah bersuara merdu itu juga bilang, "tidak mungkin mengubah orang salah menjadi orang soleh dengan cepat", kata dia lebih baik kita yang sekarang sholat Idul Fitri walau sholat lima waktunya bolong, dibanding mereka yang tidak keduanya, lebih baik kita yang puasa tetapi tidak sholat, daripada tidak sholat dan tidak puasa. Semoga saja perlahan-lahan seiring waktu, kita bisa berubah, semuanya melalui proses. Gitu katanya.

Selain itu, ada pidato perpisahan setelah sekitar 10 tahun walikota sini menjabat, bagus pidatonya. Dia bilang, siapapun calon walikota nanti, semuanya adalah orang Indonesia, orang Lubuk Linggau, sehingga semuanya saudara kita. Setelah itu juga tadi ada segmen khusus doa untuk Afghanistan, Rohingya Myanmar, dan lain-lain.

Yeah, semoga kita menjadi seseorang yang baru, yang lebih baik :)

Hasil yang Merelakan Usaha.

Jadi dokter itu berusaha. Berusaha berpikir harus melakukan apa biar pasien sembuh, harus belajar agar tidak ada hal penting yang terlupakan...