Tuesday, 15 December 2015

Kebahagiaan Dalam Ukuran Kilogram



KEBAHAGIAAN DALAM UKURAN KILOGRAM
Damar Prasetya Ajie Putra

Essay Sukses Terbesar Dalam Hidupku untuk Seleksi Beasiswa LPDP


Kesuksesan bukanlah semata-mata mengenai pencapaian pribadi kita. Kesuksesan sesungguhnya adalah saat kita dapat berguna bagi orang lain dan saat kita bahagia dan mampu membahagiakan orang lain.
Saya bertugas sebagai dokter yang menangani kesehatan dan gizi anak di salah satu Puskesmas di Jakarta. Sejak tahun 2013, saya juga telah menangani masalah gizi buruk yang terjadi pada anak-anak. Berbicara mengenai gizi buruk, pada tahun 2012, jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia adalah sekitar 900 ribu jiwa atau 4,5% dari seluruh jumlah balita di Indonesia.
Pengalaman mengenai sukses terbesar dalam hidup saya bisa dijelaskan melalui pengalaman seputar anak dengan gizi buruk, yakni AN, RD, dan DF. Mereka bertiga adalah pasien-pasien dengan gizi buruk yang ditangani di Puskesmas tempat saya bekerja. Mereka bertiga datang semata-mata untuk berobat seperti biasa. Gizi buruk yang dialami oleh anak tersebut baru diketahui oleh orang tuanya setelah penilaian gizi yang rutin dilakukan. Kebanyakan dari orang tua tersebut malah tidak mengetahui bahwa anak mereka mengalami gizi buruk.
Penanganan gizi buruk merupakan suatu hal kompleks yang membutuhkan kesabaran karena waktu terapi yang lama dan membutuhkan kerja sama dari banyak pihak. Ketiga pasien tersebut dirawat di Puskesmas kami dengan saya sebagai dokter penanggung jawab TFC atau Therapeutic Feeding Center. Setiap hari kami melakukan penanganan dan pemeriksaan gizi pada mereka hingga akhirnya mereka diperbolehkan pulang setelah berat badan mereka tidak lagi berada di bawah batas gizi buruk. Setelah pulang mereka masih diwajibkan untuk kontrol kembali untuk memeriksakan ulang status gizinya.
Status gizi berpengaruh erat terhadap pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Anak dengan gizi buruk biasanya berperingai rewel dan mudah menangis, seperti yang didapatkan pada ketiga anak tersebut pada awalnya. Selain itu, perkembangan mereka pun terhambat, seperti anak AN yang pada usianya yang dua tahun keatas masih belum dapat juga berjalan, yang dikira oleh orang tuanya hanya sebatas terlambat yang tidak perlu dirisaukan. Tentu selain perkembangan motoriknya tadi, status gizi anak juga ikut memperngaruhi kecerdasan anak nantinya.
Kesuksesan adalah saat dimana saya dapat menjadi manusia yang berguna bagi orang lain seperti saat mereka selesai menjalani perawatan gizi buruk tersebut. Selain melihat perbaikan dalam tampakan fisik mereka, saya pun merasa bahagia melihat raut wajah mereka yang tadinya rewel, kini telah berubah menjadi lebih ceria. Anak tersebut dapat diajak bercanda bahkan mau digendong tanpa takut dan menangis. Selain hal tersebut, satu hal yang paling membuat saya bahagia adalah saat beberapa bulan setelah perawatan, anak AN datang kembali ke Puskesmas kami. Ibu dari anak tersebut mencari saya sambil menggandeng anak tersebut dan berkata bahwa anaknya telah mulai dapat berjalan walau masih butuh bantuan dari ibunya. Pada saat itulah, pikiran saya kembali ke bulan-bulan sebelumnya dimana anak, yang tadinya rewel dengan iga menonjol dan tulang kaki yang kurus itu, kini dapat berjalan tertatih-tatih sambil tertawa kegelian dibercandakan oleh orang sekitarnya.
Selain merasa senang melihat perubahan yang terjadi pada mereka, saya pun turut merasa senang karena ilmu yang saya pelajari selama ini dapat secara langsung saya terapkan kepada orang lain, sebab memang begitulah tujuan utama pendidikan, yakni untuk memanfaatkannya demi kebaikan orang lain. Pencapaian saya yang satu ini melebihi hadiah piagam, trofi, ataupun uang tunai sekalipun. Hal ini merupakan suatu perasaan yang tak bisa dinilai dengan materi. Selain merasa puas secara duniawi, tentu hal ini juga merupakan pundi-pundi pahala yang dapat saya kumpulkan satu per satu di dunia ini. Perawatan dan kesabaran kami dalam menangani anak-anak bergizi buruk yang kami temukan tidak menambah pendapatan materi kami, tetapi sungguh dibalik itu, tentu ada berkah yang nilainya lebih dari sekedar materi semata.
Pada akhirnya, memang penting bagi manusia untuk memiliki cita-cita. Tidaklah salah untuk bercita-cita membahagiakan diri sendiri seperti bercita-cita pergi ke Paris, memiliki mobil mewah, memiliki rumah besar, ataupun semacamnya. Namun, jangan lupa untuk memiliki cita-cita untuk membahagiakan orang lain sekecil apapun bentuknya karena kesuksesan yang kita lakukan untuk diri kita sendiri akan habis untuk kita sendiri, tetapi kesuksesan yang kita lakukan demi kebahagiaan orang lain akan terpatri selamanya dan menjadi sukses terbesar dalam hidup kita. Contohnya untuk saya, kesuksesan terbesar saya justru didapat dari sekedar poin-poin kilogram yang bertambah pada anak-anak dengan gizi buruk.

Hasil yang Merelakan Usaha.

Jadi dokter itu berusaha. Berusaha berpikir harus melakukan apa biar pasien sembuh, harus belajar agar tidak ada hal penting yang terlupakan...