Friday 24 December 2021

Sekolah (Lagi)

Halo, Sekolah!

Ujian Simak UI dan nomor peserta ujian.


Wah, sebagian besar hidup saya dihabiskan dengan sekolah. Dulu ketika selesai pendidikan dokter selama 5 tahun dan berada pada fase internship, saya sudah was-was banget ingin segera lanjut ppds (pendidikan dokter spesialis). Lalu setelah selesai ppds dan bekerja selama 1 tahun terakhis, saya juga sudah was-was banget (lagi) untuk lanjut sekolah lagi. 

Namun, salah satu kegiatan ketika menjadi dewasa ternyata adalah kompromi untuk menyeimbangkan antara keinginan, kebutuhan, dan kesempatan. Kalau sebatas keinginan, wah, saya mungkin sudah menerima tawaran menjadi dosen di UGM sesuai cita-cita awal dan barangkali sedang melanjutkan PhD di University of Melbourne. Kalau sebatas kebutuhan, mungkin saya hanya bekerja saja mati-matian sebagai wakil dari generasi sandwich untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga.

Akhirnya saya menimbang-nimbang kira-kira jalan manakah yang harus saya ambil untuk bisa mendapatkan titik tengah antara ketiga hal tadi (keinginan, kebutuhan, dan kesempatan). Akhirnya setelah menelaah antara mengambil strata 3 atau magister gizi atau magister psikologi, pilihan saya jatuh ke magister psikologi terapan anak usia dini di Universitas Indonesia.

Awalnya, saya masih maju mundur untuk mencobanya, tetapi wow, suatu cuitan di twitter langsung membuat saya yakin, oke lah, kita ambil saja! Cuitan tersebut adalah:

You're scared to spend 2 years learning a new skill at 28,
because by the time you're done, you'll be 30.
Well --- Whether you learn the skill or not, you'll still be 30 in two years

- Lewis Morgan

Dan iya juga, mau ngambil subspesialis juga belum bisa karena harus ada minimal masa kerja. Maka yasudah, baiknya waktu ini jangan disia-siakan.

+++

Akhirnya saya mendaftar dan membayar biayanya pada 5 November 2021. Lalu timbul masalah dan huru-hara baru, yakni ujian simak UI dilakukan pada 14 November 2021 alias 9 hari lagi! Wah, akhirnya berbekal kenekatan, saya buru-buru beli buku latihan soal dan belajar setiap hari.

Daftar di 5 November; ujiannya ternyata 9 hari lagi.

Salah satu tantangan lainnya adalah istri saya sedang berada di Yogyakarta untuk menyelesaikan tesisnya. Jadi, rutinitas saya kala itu lumayan sibuk dengan waktu tidur yang kurang. Pagi sampai sore kerja, lalu mengurus anak, dan setelah menidurkan anak, baru lah saya belajar. Syukurlah ketika ujian tiba, istri saya sudah berada di Jakarta sehingga saya bisa menjalani ujian masuk tanpa khawatir menemani anak. 

Situasi belajar sambil memantau Saskara yang sedang tidur.
(Pardon my bad-looking tight)
  





 +++

Ketika tiba saat pengumuman, kalau tidak salah itu hari Jumat, dan saya sedang berada di perjalanan pulang. Pengumumannya pukul 13.00, jadi setelah salat dan jajan sejenak di gading, saya me-refresh terus-menerus lamannya, padahal belum jam 13.00. Saya kira siapa tahu akan muncul lebih awal.

Ketika tepat pukul 13.00 WIB, saya berada di gocar dan saya senang sekali mengetahui bahwa saya lulus diterima menjadi mahasiswa Universitas Indonesia. Setelah senang, saya jadi deg-degan lagi tentang dunia sekolah yang baru ini. Oh ya, Tuhan itu ternyata benar bekerja dan doa saya rupanya benar dijawab. Ketika S-1 dulu, saya sering sekali bercerita dengan teman sebangku saya (Fary) bahwa rasanya saya ingin pindah ke psikologi saja. Namun, ternyata Tuhan benar mengabulkannya dalam versi yang lebih baik.

  
 
Sampai bertemu tahun depan ya, Sekolah Baru-ku.
 


No comments:

Post a Comment

Hasil yang Merelakan Usaha.

Jadi dokter itu berusaha. Berusaha berpikir harus melakukan apa biar pasien sembuh, harus belajar agar tidak ada hal penting yang terlupakan...