Wednesday 15 February 2017

Diantara Kemoterapi

Selamat Malam, Februari.

Entah kenapa sudah dua minggu terakhir ini, sore di Yogyakarta selalu diisi oleh hujan yang lumayan deras. Yap, hujannya selalu mulai di sore hari sekitar pukul empat dan berlangsung sampai sekitar pukul sepuluh. Kalau begini, jadinya kalau pulang ke kost harus hujan-hujanan, ya tapi kalau disuruh milih antara hujan pagi dan hujan sore, mungkin hujan sore aja karena kalau hujannya pagi, ke rumah sakitnya jadi repot hehe.

Ngomong-ngomong, gue lagi tugas di Bangsal Kanker Anak bulan ini. Tugas di bagian ini lumayan berat karena pasiennya cukup banyak, program pasiennya juga lumayan ribet, dan banyak kerjaan administratif yang harus ditulis-tulis. Saya dan teman kerja saya jadi harus berangkat pagi-pagi sekali.

Sesungguhnya, selama tugas di bagian ini, waktu untuk belajar dan membaca lebih berkurang karena sehari-hari sibuk dengan masalah administratif pasien. Menulis, menulis, dan menulis surat ini dan itu. Berangkat gelap dan pulang gelap bikin rasanya ingin cepat istirahat aja kalau sudah sampai kamar. Namun, walau begitu, disini belajar banyak tentang kehidupan sih.

Walaupun banyak penyakit kanker anak yang bisa diobati, lumayan banyak juga yang harus menderita bahkan meninggal karenanya. Kebayang ga sih, kalau seorang anak kecil usia 5 tahun harus menahan rasa nyeri akan kankernya? Atau coba bayangkan anak usia 17 tahun yang kakinya harus diopearasi? Padahal ia sendiri dulu adalah kapten futsal? Ada juga pasienku yang usianya baru tiga tahun tapi ga punya mata lagi karena kedua bola matanya terkena kanker.

Tidak semua dokter punya kemampuan berhadapan dengan kondisi psikologis pasien yang demikian. Salah bicara sedikit, orang tua bisa langsung menangis bahkan pingsan. Ya disini saya jadinya belajar juga bagaimana untuk memberitakan kabar buruk untuk keluarga pasien.

Hal lain yang buat gue belajar adalah senyum mereka. Gue punya banyak banget pasien yang punya senyum lebih indah daripada senyum artis secantik apapun. Dengan rambutnya yang botak cenderung jarang-jarang, mereka bisa senyum dan bercanda-canda diatas penyakitnya. Yang gue lihat dari mereka adalah mereka punya kekuatan untuk menerima nasib mereka sambil berjuang untuk perlahan-lahan terlepas dari kanker.

Sentimental, tapi gue beneran sayang banget sama mereka. Semoga Tuhan selalu memberi berkah yang berlimpah dibalik kanker yang dialami. Bulan ini, gue akan berjalan dengan mereka untuk setidaknya mencoba membantu dan membuat mereka lebih nyaman selama menjalani pengobatan. Sampai jumpa esok hari.





No comments:

Post a Comment

Hasil yang Merelakan Usaha.

Jadi dokter itu berusaha. Berusaha berpikir harus melakukan apa biar pasien sembuh, harus belajar agar tidak ada hal penting yang terlupakan...