Monday, 25 April 2016

Surat






Seringkali saya berpikir alam-dalam saat melihat para tetua yang sibuk memarahi dan meremehkan para muda-muda akan ketidakbisaannya. 

"Begini saja tidak bisa"
"Masa hal seperti ini saja tidak tahu"
"Yang cepat pikirnya, jangan lamban"

Dan semua gertakan serius lainnya yang ditujukan sambil memasang aura antagonis tegas (atau sok tegas) dan dengan jiwa jumawa setinggi hati seolah ingin meradang mengabarkan bahwa 'hei, saya lebih pandai, saya lebih tahu'.

Saya rasa mungkin mereka lupa. Lupa bahwa sebelum mereka bisa, mereka pernah tak bisa. Sebelum mereka cepat dan otomatis, mereka pernah lamban berhati-hati dan dipenuhi kebingungan. Sebelum mereka jadi pandai dan paham, mereka pernah belum paham. Bahwa sebelum jadi tetua, mereka pernah jadi yang muda.

Saya yakin betul mereka lupa akan fase-fase tersebut. Mereka lupa pernah ada di posisi mereka yang lama. Yang mereka ingat hanya menyelamati diri mereka sendiri bahwa mereka telah tiba di puncak. Persetan dengan yang muda. 

Atau mungkin mereka sibuk berbangga hati bahwa yang mereka rasakan bukan apa-apa karena mereka punya jalan yang lebih berat dibanding kami. Lalu mulai yang lain menimpali satu per satu. Berlomba untuk jadi yang paling hebat, paling juara melewati beratnya masa lalu, atau menunjukkan diri bahwa mereka pandai. 

Apa kita semua akan jadi seperti mereka nantinya? Saat masa untuk menjadi tetua telah tiba di depan mata. Sungguh, saya rasa aku tak mau menjadi demikian. Namun, seorang tetua berkata bahwa lambat laun pasti aku akan menjadi semenyebalkan mereka. Saya rasa tidak, tetapi masa depan tak menawarkan lubang kunci untuk diintip dari selanya. 

Oleh karena itulah, kawan, saya menuls surat ini. surat berisi pesan untuk seorang saya di masa depan untuk mengingat hari ini. Agar bisa tetap waras di masa depan. Agar ingat bahwa saya punya masa-masa tidak tahu apa-apa.

Halo, Damar di masa depan, saya ingin kamu ingat. 

No comments:

Post a Comment

Hasil yang Merelakan Usaha.

Jadi dokter itu berusaha. Berusaha berpikir harus melakukan apa biar pasien sembuh, harus belajar agar tidak ada hal penting yang terlupakan...