Friday, 17 April 2015

Sumpah

Jadi beberapa waktu lalu, pacar saya, Fiona, merayakan hari yang membahagiakan. Pada hari itu, ia menjalani acara angkat sumpah dokter gigi. Dulu kalau saat saya selesai sekolah, sumpah dokter acaranya penting sih, tapi ya diselenggarakan biasa saja. Berbeda sekali dengan acara sumpah dokter giginya Fiona yang ternyata jauh lebih mewah. Acaranya diselenggarakan di Bidakara, dengan makanan kelas satu, dekorasi meriah penuh foto para dokter gigi baru di penjuru ruangan, dan paduan suara yang lagunya gaul-gaul.




Di akhir acara, ada persembahan video untuk orang tua. Bagus banget sih, kayanya tidak ada orang tua maupun dokter gigi yang tidak menangis waktu itu. Ngaku kok, saya juga agak menggenang sih melihatnya. Ya, gimana, paham banget bahwa pendidikan dokter gigi itu lama dan melelahkan. Kalau kami, dokter umum saat koas, melelahkannya adalah dalam segi fisik, mungkin mereka melelahkan dalam segi mengejar-ngejar pasien dan jatuh stress saat kuota pasiennya belum terpenuhi. Hampir semua teman dokter gigi yang saya kenal cerita demikian, makanya ya saya paham kalau mereka lega bahwa sudah resmi jadi dokter gigi.



Oh ya, Pacar saya kembali meraih predikat cumlaude. Rasanya ikut bangga sih. Malamnya juga, dia langsung ada pertemuan untuk memulai beasiswa studi S2-nya di bidang manajemen. Ya, pokoknya, selamat ya pacar saya, semoga karier kedokteran giginya penuh berkah dan kuliah magisternya penuh manfaat.

No comments:

Post a Comment

Hasil yang Merelakan Usaha.

Jadi dokter itu berusaha. Berusaha berpikir harus melakukan apa biar pasien sembuh, harus belajar agar tidak ada hal penting yang terlupakan...