Tuesday 2 September 2014

F & F


Kemarin Minggu, setelah tujuh tahun tidak bertemu muka karena masing-masing kami tinggal di kota yang berbeda, akhirnya kami bertemu. Saya bertemu dengan dua sahabat yang masing-masing berawalan huruf F. Kami bertukar banyak cerita. Dimulai dari satu kalimat “How’s life?” yang merembet ke akar-akar cerita lainnya.

Saya dekat dengan dua orang ini pada satu bulan persiapan SPMB saja, tanpa mengira ikatan yang terjadi terus berlanjut selama ini. Kami belajar dari pukul 8 pagi hingga 8 malam. Kadang di kelas, lebih sering lagi di diskusi kelompok. Hari demi hari, kami selalu menduduki meja yang serupa. Dan dari sana itu bermula.

F yang satu itu perempuan. Tubuhnya mungil. Dulu ia bagian tim majalan sekolah. Kreatif, baik hati, dan menyenangkan. F yang satu lagi laki-laki. Dari luar tampak hitam seperti kegemarannya akan musik rock. Tapi kepribadiannya religius dan pikirannya idealis.

Saya, yang satu-satunya D ini, dulu malas sekali sholat. Namun, dua F ini teramat baik menjaga sholatnya. Membuat saya pada akhirnya ikut sholat juga. F yang laki-laki berhasil menjelaskan sudut pandang bahwa sholat lima waktu sehari sesungguhnya tidak berat sama sekali.

Kemarin kami bertemu dari siang hingga malam. Kami bertemu di Grand Indonesia (yang F laki-laki benci). Seperti biasa, saya bukan si pandai pembicaraan, kebanyakan saya bertanya lebih dalam atau mendengarkan lebih seksama. F yang laki-laki awalnya sedikit ngambek kecewa akan saya yang dinilainya sombong karena tidak menerima path request dan tidak membalas pesan facebooknya. Ah, memang perilaku media sosial saya mengecewakan beberapa orang. Namun pada akhirnya untung ia tak jadi marah.

F yang perempuan bercerita dia baru baikan dari sakit. Refluks Laringofaringeal, penyakit THT yang memang lama bisa sembuhnya. Saat saya bertemu dengannya, memang badannya masih agak lemah dan raut mukanya juga tak seceria dahulu. Tapi dia bersikeras untuk bertemu hari itu karena dia akan pergi sejenak.

F perempuan ini memiliki satu misi yang akan dilaksanakannya dua hari setelah kami bertemu. Ia akan pergi ke Pulau Xanana, Maluku Utara, untuk mencari ayahnya yang tak pernah ia temui selama 23 tahun. “Kenapa?”, saya dan F laki-laki bertanya. Ia bilang “Rindu”, sudah hanya itu saja yang ia bilang.

F yang laki-laki bercerita tentang pengalaman kerjanya di Kalimantan. Dimana pekerjaannya yang menilai kinerja karyawan menjadikannya satu kali hampir ditusuk oleh karyawan yang kinerjanya perlu diperbaiki. Selanjutnya ia bercerita masa lalu. Mengenai cinta terakhirnya yang harus berhenti karena si perempuan yang berwajah teduh itu selingkuh dengan yang lain.

“Lo inget ga sih, gue pernah beberapa kali nanya alamatlo secara berkala? Itu karena gue rencana mau ngirim kado buatlo. Gue siapkan jumlah baju dari tiap gue pergi naik gunung. Tapi kadonya kena banjir”, si F laki-laki berkata demikian.

Sedangkan saya, yang satu-satunya D ini, bercerita mengenai datarnya keseharian yang sedang saya jalani. Namun, pada akhirnya si F laki-laki menyinggung tentang kisah lama saya. Jadilah saya bercerita tentang i-saw-an-angel yang dulu pernah saya alami.

Pertemuan pertama kami setelah tujuh tahun diisi oleh sedikit cerita mengenai rencana masa depan, beberapa cerita masa kini, dan banyak cerita masa lalu. Kami kembali duduk di meja yang sama, tapi bukan untuk belajar seperti tujuh tahun lalu, tapi untuk mengingat bahwa kami bertiga dulu punya banyak cerita saat muda. Cerita yang selama ini tidur bersembunyi di sela-sela ingatan, tapi tiba-tiba menyeruak menari bebas saat kami bertemu.

“Gue benci banget ama lo, sombong. People come and go. But there are some people that I wanna keep forever, termasuk lo”

Well, yes, indeed, people come and go. But I left some of my pieces of home in the heart of my best friends. That’s why time or distance means nothing after all these years. Welcoming you, welcoming me, welcoming us, together again.

No comments:

Post a Comment

Hasil yang Merelakan Usaha.

Jadi dokter itu berusaha. Berusaha berpikir harus melakukan apa biar pasien sembuh, harus belajar agar tidak ada hal penting yang terlupakan...