Thursday 25 September 2014

Doski



Saya tak pernah begitu bisa membuka diri saya sepenuhnya, termasuk kepada pacar saya sendiri. Entahlah, mungkin dari lahir terbiasa hidup tanpa saudara menjadikan saya demikian. Namun, untuk pertama kalinya, saya membuka diri dan segi-segi kehidupan saya pada dirinya
 
Betapa saya heran dengan diri saya sendiri yang bisa menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan atau kafe untuk bersama-sama berpacaran sambil belajar. Saya belajar dengan buku teks saya, ia belajar untuk persiapan ujian kedokteran giginya. Lalu saya yang biasanya melakukan solo travelling, juga pada akhirnya menghabiskan waktu beberapa hari di luar kota bersamanya.

Memang inilah yang mungkin dibutuhkan. Terlebih dari semua hal fisik dan hal terkait lainnya dari seseorang, yang paling saya butuhkan memanglah kenyamanan dari seseorang. Tak perlu dijelaskan apa yang saya sukai dari dirinya, tak pandai juga saya menjelaskan perasaan ini bahkan pada dirinya sendiri.

Ya, mungkin tak perlu dijelaskan lebih lanjut, tetapi cukup saya sendiri yang merasakan bahwa saya nyaman berada bersama dirinya. 

Memang hubungan kami beberapa kali dilanda cobaan. Cobaan yang datang dari perbedaan. Ia yang orangnya demikian berusaha menerima saya yang orangnya seperti ini, dan sebaliknya. Mungkin tak semua dari kebiasaan saya dapat ia ubah. Tidak juga saya ingin merubah kebiasaan-kebiasaan dirinya. Namun, mungkin demi kebersamaan kami, tak perlulah semua hal harus kita ubah, mungkin saja kami hanya harus menerima dan berdamai dengan beberapa kekurangan kami masing-masing.

Semoga saja Tuhan Yang Maha Mengetahui dapat menunjukkan jalannya. Jikalau ia jodoh saya, perlahan-lahan Tuhan tentu akan menunjukkan jalan kepadanya.

Akan aku usahakan. Demikian juga denganmu. Sisanya, mari kita serahkan saja kepada-Nya.

No comments:

Post a Comment

Hasil yang Merelakan Usaha.

Jadi dokter itu berusaha. Berusaha berpikir harus melakukan apa biar pasien sembuh, harus belajar agar tidak ada hal penting yang terlupakan...