Friday 11 July 2014

Tulisan Tangan



Kebanyakan dari orang yang pernah melihat tulisan saya akan berkata sambil bertanya-tanya bagaimana tulisan saya bisa bagus dan rapi untuk ukuran lelaki, apalagi untuk ukuran seorang dokter. Beberapa bilang tulisan saya terlalu rapi seperti perempuan. Sedikit juga pernah bilang mirip mesin ketik. Kalau dikomentari seperti itu, biasanya saya hanya senyum-senyum saja.

Sambil berpikir-pikir, kalau dipikir kenapa tulisan saya bagus, mungkin ada beberapa sebab yang terpikir. Pertama, mungkin karena turunan dari keluarga. Keluarga saya memiliki tulisan tangan yang amat rapi (yang laki-laki malah lebih rapi daripada yang perempuan).

Kedua, mungkin karena saya diajarkan menulis tangan sejak dini sekali. Seingat saya, sebelum masuk TK di usia 3 tahun, saya sudah bisa menulis. Saat TK juga tulisan saya tak pernah keluar garis, karena Ibu mengajarkannya demikian. Saya juga ingat saat saya kelas 1 SD, kami diberikan pelajaran menulis halus, yang bukunya disebut buku tebal tipis karena ada garis tebal dan tipis yang beriringan. Saat pelajaran itu, saya ingat saya menyelesaikannya dengan cepat sekali karena latihan demikian telah saya ulang-ulang dibawah perintah Ibu hampir setiap harinya. Ibu guru yang bingung itu, akhirnya menyuruh saya pulang duluan saja.

Ketiga, mungkin karena saya sering sekali menulis tangan. Sejak kecil, saya suka menulis cerita. Pernah ada buku tulis yang isinya cerita-cerita rakyat bikinan saya sendiri saat saya kelas 5 SD. Saat SMP dan SMA pula, cara belajar saya adalah merangkum. Otak saya tak cukup mampu untuk mencerna pelajaran hanya dalam satu dua kali baca. Saya harus menulis ulang sampai pegal-pegal. Waktu kuliah juga sebelum saya membeli laptop, tugas-tugas kuliah, dengan masabodonya saya kerjakan dengan menulis tangan walau teman-teman lain mengetiknya. Kebetulan dosen-dosen tak pernah bilang tegas bahwa tugas harus diketik, jadi saya tulis saja, Toh, tulisan saya rapi terbaca. Nilai tugaspun selalu keluar dan tak pernah jadi masalah.

Jadi mungkin alasan-alasan itu yang membuat tulisan saya agak rapi dalam ukuran seorang tulisan laki-laki.

Ohya, saya tak percaya Palmistry, Astrologi, apalagi tarot, yang saya percaya betul adalah Grafologi. Menurut saya, Grafologi itu ilmiah karena 30 anak dimasukkan ke dalam satu kelas yang diajari baca tulis oleh guru yang sama. Namun, tak akan pernah ada dari 30 anak itu yang memiliki tulisan serupa. Jadi, tulisan tangan adalah salah satu identitas otentik diri.

No comments:

Post a Comment

Hasil yang Merelakan Usaha.

Jadi dokter itu berusaha. Berusaha berpikir harus melakukan apa biar pasien sembuh, harus belajar agar tidak ada hal penting yang terlupakan...