Tuesday 8 July 2014

Sindroma Muak Gadget

Cukup deh. Gue udah agak muak sama yang namanya gadget. Gadget, yang makin lama makin canggih ini, dalam beberapa hal membuat hidup rasanya semakin sulit. Apa ya, terlalu banyak interaksi dalam gadget, dan itu melelahkan. Gue beberapa kali baca bahwa introvert butuh waktu untuk tenang sendiri untuk merecharge kondisi normalnya. Dan dengan adanya gadget, rasanya sulit untuk jadi tenang. 

Jujur gue kangen handphone nokia gue. Interaksi dilakukan secukupnya dengan handphone tersebut. Berinteraksi dengan orang lain bisa dilakukan melalui telepon atau sms secukupnya. Tidak ada yang namanya overload information (yet mostly meaningless) via Path, Instagram, atau lainnya.  

Gue seringkali dibuat heran dengan beberapa orang yang hampir tak pernah saya melihat orang tersebut sedang tidak memegang gadgetnya. Bahkan, yang mengesalkan, juga memegang gadgetnya tersebut saat kita semua sedang hangout bersama. Kalau urusan penting, ya bolehlah, tapi kalau sekedar melihat media sosial. Well, aint you got many times about it later? Tapi yasudahlah, untung kebanyakan teman dekat saya tidak seperti itu. 

Gadget memang berguna untuk alat komunikasi, tapi gue lebih memilih berkomunikasi personal daripada media sosial terutama Path. Memang juga alat informasi, tapi gue lebih memilih otak gue diisi oleh buku bacaan yang gue pegang dibandingkan informasi dari gadget yang sifatnya pendek dan sepotong-sepotong (kecuali ebook mungkin).

Yah, tapi memang intinya tetap ke kesenangan pribadi masing-masing. Entahlah, mungkin bumi yang pemalu semakin lama sudah menjadi semakin ekstrovert, sehingga manusia-manusia introvert agak merasa asing.

No comments:

Post a Comment

Hasil yang Merelakan Usaha.

Jadi dokter itu berusaha. Berusaha berpikir harus melakukan apa biar pasien sembuh, harus belajar agar tidak ada hal penting yang terlupakan...