Tuesday 8 July 2014

Personal Happiness



Dulu saat masih SMP atau SMA, teman-teman sebaya mendengarkan Blink 182, Greenday, atau band rock lainnya. Sebagai remaja yang merasa ingin tidak menjadi aneh karena berbeda selera, saya pun mendengarkan musik rock tersebut. Namun, ketika pulang ke rumah, saya mendapati diri saya tersenyum senang justru ketika mendengarkan lagu Luciano Pavarotti, Andrea Bocelli, Indra Lesmana, dan lainnya.

Beberapa tahun berlalu, sebagai seseorang yang belum paham bahwa manusia itu berbeda-beda kepribadiannya, saya kadang menganggap selera saya aneh. Namun, seiring usia menua, pengalaman bertambah, dan pengetahuan terisi, akhirnya saya menyadari bahwa hal yang lebih penting diatas hal-hal lain adalah kebahagiaan personal atau Personal Happiness.

Sekarang, saya lebih berdamai dengan selera saya yang kadang agak berbeda dari banyak orang. Tak pernah juga berniat sedikitpun untuk berusaha mencoba hal-hal yang kata orang menyenangkan walau kata saya tidak.

Pilihlah hal-hal yang membuat kita bahagia, bukan orang lain bahagia. Biarlah orang bahagia saat pergi berdubstepdubstep di DWP saat saya malah lebih nyaman melihat-lihat buku di perpustakaan Library@senayan. Biarlah orang senang gemuruh piala dunia sementara saya memilih nyaman tidur cepat. Orang-orang juga menganjurkan saya mengambil spesialisasi jantung, bedah, kebidanan, atau anak, sementara yang saya suka adalah tht, kulit, atau radiologi. Dan banyak contoh-contoh lainnya.

Intinya, semakin kita dewasa, semakin kita paham hal-hal yang membuat kita bahagia sehingga pada akhirnya, bukan kita yang diatur oleh dunia sekitar, tapi kita yang mengatur dunia kita sendiri. Dan Personal Happiness ini penting karena nilainya tidak dipengaruhi hal-hal luar.

No comments:

Post a Comment

Hasil yang Merelakan Usaha.

Jadi dokter itu berusaha. Berusaha berpikir harus melakukan apa biar pasien sembuh, harus belajar agar tidak ada hal penting yang terlupakan...