Dulu,
aku seringkali bertanya-tanya curiga saat sedang sendirian menyepi diatas beranda
lantai dua rumahku, sambil menyeruput teh manis dan memandangi bintang-bintang
yang tinggal sedikit terlihat di Jakarta. Aku bertanya-tanya tentang
persekongkolanmu dengan angin.
2010
Kalau
anak taman kanak-kanak menyanyikan pelangi sebagai ciptaan Tuhan yang indah,
maka untukku, kamu juga salah satu ciptaan Tuhan yang Indah. Wajahmu yang teduh
tapi angkuh, pipimu yang kenyal bagai marshmallow,
bibirmu yang tipis, tubuh, dan kulit sawo matangmu. Pokoknya semuanya.
Ah, demi apa, mataku menyukaimu dari atas
ke bawah. Namun, ada sesuatu yang lebih dari rambutmu. Hmm…rambutmu yang hitam
nan terurai yang….arrghhh pokoknya terlalu indah kalau hanya diceritakan.
Rambutmu itu sesuatu yang harus dilihat langsung, baru bisa tau rasa kalau itu
benar-benar indah.
Cantik,
biar ku ceritakan beberapa rahasia. Dulu saat aku menjalani hari-hari pertama
di kantor, rambutmu sering menganggu konsentrasiku. Setiap kamu lewat
didepanku, aku langsung menopangkan tangan kananku di atas dagu, sambil
kepalaku mengikuti arah jalanmu, menikmati rambut dan wajah angkuhmu itu.
Tapi
yang membuatnya bernilai 100 adalah angin yang turut membelai rambutmu, membuat
rambutmu bermain-main dibuatnya. Kalau sudah seperti itu, aku terjatuh
sepanjang hari dalam rekaman visual tentangmu. Malamnya aku bertanya-tanya,
apakah kamu bersekongkol dengan angin untuk membuatku terkesan.
Pernah
juga saat kita berjalan bersisian, sekali lagi mataku terpana kepadamu. Melihat
wajah angkuhmu, dan sekali lagi: rambutmu itu. Lagi-lagi, angin tiba-tiba
datang dan menelusuri rambutmu itu. Menciptakan tarian-tarian kecil di helai
rambutmu. Kamu hanya tetap memandang lurus kedepan sambil membenarkan rambutmu
itu. Meninggalkan aku yang tersandung jatuh karena mataku lebih memilih
melihatmu daripada melihat langkahku. Malamnya, aku bertanya-tanya lagi tentang
persekongkolanmu dengan angin.
2011
Tahun telah berlalu. Malam ini, aku kembali tersandar duduk di beranda lantai
dua rumahku. Masih bertanya-tanya tentang pertanyaan yang sama. Masih mencoba
mengingat rekaman-rekaman saat angin menerpa rambutmu.
Tapi
tidak sendiri, ada kamu disini. Malam ini aku bertekad menemukan jawaban
pertanyaanku itu setelah dua tahun kamu membiarkanku bertanya-tanya. Sambil membelai
rambutmu yang bersandar di dadaku, akhirnya aku bertanya mengapa setiap kali
kamu lewat didepanku, angin selalu membuatmu lebih indah, menjadikan adeganmu
menjadi slow motion, dan
meninggalkanku terpana.
Aku
bertanya serius, tapi kamu hanya tertawa dan menyeruput teh manis milikku lalu
menciumku.
"I love you", lalu dia kembali menikmati bulan dariberanda lantai dua ini.
I love you :) |
No comments:
Post a Comment