Monday 10 October 2011

Jatuh Cinta

Di suatu obrolan di kedai kopi berlambang merak itu, saat saya dan Bagas sedang membaca majalah pegangan masing-masing, tiba-tiba sahabat dekat saya itu bertanya, "Eh, iya, menurut lo jatuh cinta itu apa, Dam?"

Yah, saya mulai lah berbicara jatuh cinta itu begini begini begini bla bla bla, mengarang bebas dengan satu kesimpulan bahwa jatuh cinta itu ditujukan untuk seorang lawan jenis yang kita sayangi. 

Terus sahabat saya itu mengangguk, dia bilang, "Iya, ya, Dam, pikiran kita akan definisi jatuh cinta itu terlalu sempit". Saya dibuat bingung dengan pernyataan dia yang menggantung itu. Lalu mulailah dia bercerita hasil pemikiran dia. Hasil pemikiran yang dia dapat saat satu minggu lalu dimana dia putus (lebih tepatnya diputuskan :p) oleh pacarnya. 



Sahabat saya, Bagas, tadi bercerita bahwa setelah dia termenung bersedih akan kehilangan pacarnya tadi, dia tiba-tiba tersentak akan suatu kenyataan bahwa selama ini pikiran dia akan jatuh cinta terlalu sempit. Saking sempitnya hingga saat dia putus, seolah-olah tidak ada lagi cinta di hari-harinya.

Dia bilang, jatuh cinta, yang merupakan anugerah besar dari Tuhan itu ternyata hanya sebagian kecil dari jatuh cinta yang lain. Masih banyak jatuh cinta yang lain yang harus kita resapi dan jalani yang bisa menjadi sumber-sumber kebahagiaan kita sehari-hari.


Sahabat saya tadi bilang, setelah dia menyadari itu, hari-hari dia setelah putus jadi tidak seburuk sebelumnya. Dia memutuskan untuk meresapi jatuh cinta pada orang tuanya. Dia membawakan loyang-loyang pizza dan memakannya dengan mereka saat jam Opera Van Java di televisi.
Dia memutuskan jatuh cinta pada adik-adiknya dengan mengajaknya nonton kung fu panda 2 dan tertawa bersama mereka.
Dia jatuh cinta pada kuliahnya dimana ia dengan senang hati menciptakan maket-maket untuk mata kuliah stupa-nya.
Dan Bagas juga memutuskan jatuh cinta lebih dalam dengan Tuhannya, dimana ia berdoa dengan panjang dan serius. Hal yang sudah lama ia tidak pernah lakukan.

Bagas bilang dan meyakinkan saya, bahwa jatuh cinta-jatuh cinta yang ia rasakan pada orang tua, adik, kuliah, dan Tuhan tadi rasanya menyenangkan. Sama, bahkan lebih menyenangkan daripada semata-mata jatuh cinta pada seorang pacar.

"Beneran, Dam, lo pernah ngerasain senyum-senyum sendiri saat PDKT, kan? Nah, serius gue ngerasain hal itu juga kemarin, setelah gue mencoba jatuh cinta lagi sama cinta-cinta gue yang lain". Akhirnya majalah yang saya dan dia tadi baca hanya berhenti di tengah, Bagas terlalu antusias untuk bercerita lebih panjang lagi. Jadi, katanya saya tidak boleh menggantungkan cinta hanya pada satu objek saja, karena Tuhan telah menyiapkan banyak cinta yang membahagiakan juga. 

"Nah, Dam, lo boleh jatuh cinta sama pacarlo, tapi lo coba juga jatuh cinta sama yang lain. Sama temen-temenlo, sama bokap nyokaplo, sama UKDI-lo nanti, bahkan sekedar jatuh cinta sama minuman enak yang lagi kita minum ini, sama film yang nanti kita tonton, dan sama waktu yang kita habiskan ini. Inti dari jatuh cinta itu merasakan. Jadi, lo cuman perlu merasakan setiap detiknya itu bener-bener anugerah Tuhan. Sumpah itu enak banget hahaha, and this is much easier than taking candy in child's hand"

"Trust me!", dia menutup percakapan tentang jatuh cinta itu sambil akhirnya mengajak saya untuk pergi dan jatuh cinta dengan film yang akan mulai di bioskop 15 menit lagi. "Lo cuman perlu merasakan", kata dia sambil mengangkat kedua alisnya seperti biasa.

1 comment:

  1. love is such a beautifull game :) ... bahas hal ini nggak akan selesai dan tidak akan menemukan jawabannya hanya dengan 365 hari, because everyday love !

    cinta buat saya itu habit (kebiasaan) . dengan adanya suatu kebiasaan, jatuh cinta akan terbentuk sendiri, it all happen by nature , dan proses yang akan memberikan jawabannya ,, setdahhh bahasa gue!

    intinya,
    if you can't explain it in simply, you don't understand it well enough - albert einstein -

    setdahhh panjang komen gue! acik acik

    ReplyDelete

Hasil yang Merelakan Usaha.

Jadi dokter itu berusaha. Berusaha berpikir harus melakukan apa biar pasien sembuh, harus belajar agar tidak ada hal penting yang terlupakan...