Di
suatu obrolan di kedai kopi berlambang merak itu, saat saya dan Bagas sedang
membaca majalah pegangan masing-masing, tiba-tiba sahabat dekat saya itu
bertanya, "Eh, iya, menurut lo jatuh cinta itu apa, Dam?"
Yah,
saya mulai lah berbicara jatuh cinta itu begini begini begini bla bla bla,
mengarang bebas dengan satu kesimpulan bahwa jatuh cinta itu ditujukan untuk
seorang lawan jenis yang kita sayangi.
Terus
sahabat saya itu mengangguk, dia bilang, "Iya, ya, Dam, pikiran kita akan
definisi jatuh cinta itu terlalu sempit". Saya dibuat bingung dengan
pernyataan dia yang menggantung itu. Lalu mulailah dia bercerita hasil
pemikiran dia. Hasil pemikiran yang dia dapat saat satu minggu lalu dimana dia
putus (lebih tepatnya diputuskan :p) oleh pacarnya.
Sahabat
saya, Bagas, tadi bercerita bahwa setelah dia termenung bersedih akan
kehilangan pacarnya tadi, dia tiba-tiba tersentak akan suatu kenyataan bahwa
selama ini pikiran dia akan jatuh cinta terlalu sempit. Saking sempitnya hingga
saat dia putus, seolah-olah tidak ada lagi cinta di hari-harinya.
Dia
bilang, jatuh cinta, yang merupakan anugerah besar dari Tuhan itu ternyata
hanya sebagian kecil dari jatuh cinta yang lain. Masih banyak jatuh cinta yang
lain yang harus kita resapi dan jalani yang bisa menjadi sumber-sumber
kebahagiaan kita sehari-hari.
Sahabat
saya tadi bilang, setelah dia menyadari itu, hari-hari dia setelah putus jadi
tidak seburuk sebelumnya. Dia memutuskan untuk meresapi jatuh cinta pada orang
tuanya. Dia membawakan loyang-loyang pizza dan memakannya dengan mereka saat
jam Opera Van Java di televisi.
Dia
memutuskan jatuh cinta pada adik-adiknya dengan mengajaknya nonton kung fu
panda 2 dan tertawa bersama mereka.
Dia
jatuh cinta pada kuliahnya dimana ia dengan senang hati menciptakan maket-maket
untuk mata kuliah stupa-nya.
Dan
Bagas juga memutuskan jatuh cinta lebih dalam dengan Tuhannya, dimana ia berdoa
dengan panjang dan serius. Hal yang sudah lama ia tidak pernah lakukan.
Bagas
bilang dan meyakinkan saya, bahwa jatuh cinta-jatuh cinta yang ia rasakan pada
orang tua, adik, kuliah, dan Tuhan tadi rasanya menyenangkan. Sama, bahkan
lebih menyenangkan daripada semata-mata jatuh cinta pada seorang pacar.
"Beneran,
Dam, lo pernah ngerasain senyum-senyum sendiri saat PDKT, kan? Nah, serius gue
ngerasain hal itu juga kemarin, setelah gue mencoba jatuh cinta lagi sama
cinta-cinta gue yang lain". Akhirnya majalah yang saya dan dia tadi baca
hanya berhenti di tengah, Bagas terlalu antusias untuk bercerita lebih panjang
lagi. Jadi, katanya saya tidak boleh menggantungkan cinta hanya pada satu objek
saja, karena Tuhan telah menyiapkan banyak cinta yang membahagiakan juga.
"Nah,
Dam, lo boleh jatuh cinta sama pacarlo, tapi lo coba juga jatuh cinta sama yang
lain. Sama temen-temenlo, sama bokap nyokaplo, sama UKDI-lo nanti, bahkan
sekedar jatuh cinta sama minuman enak yang lagi kita minum ini, sama film yang
nanti kita tonton, dan sama waktu yang kita habiskan ini. Inti dari jatuh cinta
itu merasakan. Jadi, lo cuman perlu merasakan setiap detiknya itu bener-bener
anugerah Tuhan. Sumpah itu enak banget hahaha, and this is much easier than
taking candy in child's hand"
"Trust
me!", dia menutup percakapan tentang jatuh cinta itu sambil akhirnya
mengajak saya untuk pergi dan jatuh cinta dengan film yang akan mulai di
bioskop 15 menit lagi. "Lo cuman perlu merasakan", kata dia sambil
mengangkat kedua alisnya seperti biasa.
love is such a beautifull game :) ... bahas hal ini nggak akan selesai dan tidak akan menemukan jawabannya hanya dengan 365 hari, because everyday love !
ReplyDeletecinta buat saya itu habit (kebiasaan) . dengan adanya suatu kebiasaan, jatuh cinta akan terbentuk sendiri, it all happen by nature , dan proses yang akan memberikan jawabannya ,, setdahhh bahasa gue!
intinya,
if you can't explain it in simply, you don't understand it well enough - albert einstein -
setdahhh panjang komen gue! acik acik